Surabaya – https://gunawan.id/,
Hujan yang di kepercayaan masyarakat Tionghoa merupakan suatu berkah pertanda datangnya rejeki, kemarin ikut mewarnai parade lampion di Surabaya. Hujan deras mengantarkan peserta parade sejak dari garis start di Kembang Jepun, hingga finis di Taman Surya, Minggu (24/2).
Parade yang merupakan bagian dari perayaan Cap Go Meh itu dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya beserta beberapa komunitas dengan tujuan menyatuhkan sekaligus mempertahankan budaya lokal. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa peserta parade. Tidak hanya lampion, liang-liong, dan barongsai saja yang meramaikan acara, namun kelompok Reog Kertajaya pun tak mau ketinggalan dalam menampilkan aksinya.
Dengan mengusung konsep 1000 lampion, panitia berharap kegiatan ini dapat mempersatukan masyarakat Surabaya dan sekitarnya, sekaligus dapat menjadi hiburan ditengah problematika sehari-hari.
Sayang memang cuaca yang kurang bersahabat membuat beberapa peserta parade “merotoli” (gugur), banyak peserta yang tidak melanjutkan perjalanan, malah beberapa ada yang “potong kompas” dengan naik kendaraan pribadi dan taksi. Namun berkurangnnya peserta tidak membuat antusiasme masyarakat yang menonton berkurang pula. Banyak diantara warga kota yang rela “udan-udan” (hujan-hujan) di sepanjang jalan Pahlawan hingga Taman Surya. Yang takut basah pun ikut berdesak-desakan berteduh di area pertokoan yang banyak berjejer di daerah Gemblongan dan Tunjungan.
Puncak acara berlangsung di area Taman Surya yang merupakan finish parade. Disini beberapa peserta kembali menampilkan aksinya, salah satunya kelompok barangsai dan liang-liong, Senopati. Gerak – gerik lucu barangsai Senopati diikuti juga oleh aksi memukau dari para Warok (sebuatan pemain Reog) Kertajaya. Acara kemudian dipungkasi dengan penilaian kostum dan penampilan dari para peserta parade.[gun]
Kurang foto nya bos…. 🙂