Oleh : Gunawan Sutanto, Wartawan Jawa Pos
Akhir tahun lalu, Pemkot Surabaya bersama Jawa Pos dan Yayasan Unilever Peduli Indonesia kembali menghelat acara Green and Clean. Sebuah acara yang melombakan kebersihan dan penghijauan antarkampung. Melalui lomba itu, selama ini warga kota bisa di-influence untuk ikut menjaga kebersihan dan keindahan wilayah mereka.
Tahun lalu, konsep menghijaukan Surabaya tersebut dikemas dengan tema Surabaya Berbunga. Warga kota pun berlomba mempercantik kampung mereka dengan menanam aneka bunga. Karena itulah, perhetalannya diberi nama Surabaya Berbunga.
Kegiatan tersebut terbilang sukses. Setidaknya setelah acara itu berakhir, beberapa sudut kampung di kota Surabaya memang lebih indah. Bunga-bunga yang sedap dipandang terpajang di bagian depan rumah warga. Ada yang merah….dan ada yang putih. Mawar, melati…semuanya indah. Persis lagu Kebunku yang kita dengar dari nyanyian anak-anak TK.
***
Kini, menjelang perhelatan pemilihan wali kota Surabaya, indahnya bunga-bunga itu seolah tertutup ”indahnya” senyum merekah dari pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Bagaimana tidak, hampir setiap sudut kampung di metropolis saat ini ”ditumbuhi” atribut cawali dan cawawali. Mulai spanduk, banner, sampai baliho.
Baliho dan atribut itu bahkan lebih banyak dipasang di tempat yang tidak semestinya, seperti dipaku di pohon. Padahal, jelas-jelas pohon seharusnya dirawat, bukan dirusak dengan paku sebagai tempat menempel baliho, banner, maupun bentuk media promosi lainnya. Tak hanya itu, ada juga atribut kampanye yang ditempatkan di rambu lalu lintas dan fasilitas umum (fasum) lainnya. Atribut pilwali itu merusak estetika kota, seperti media promosi lainnya. Jasa sedot WC misalnya.
Panwas Kota Surabaya memang mulai menertibkan sejumlah atribut cawali-cawawali tersebut. Namun, hal itu kebanyakan masih dilakukan di 17 ruas jalan utama yang memang harus steril dari atribut kampanye. Coba saja kapan-kapan main ke daerah pinggiran kota. Di wilayah seperti Sukomanunggal, Sambikerep, Tandes, Benowo, dan Pakal, atribut pilwali milik calon tertentu masih banyak ditemukan.
Kondisi itu tentu ironis dengan tekad warga kota yang ingin terus mewujudkan Surabaya Green and Clean. Sebab, sebagian calon pemimpin kota ini justru merusak estetika kota melalui pajangan foto dan jargon mereka. Saya katakan merusak estetika lantaran bukan hanya cara penempatan atribut yang tidak sesuai.
Tapi secara desain, atribut para calon wali kota itu juga kurang kreatif. Lihat saja, bentuknya yang monoton atau begitu-gitu saja. Ada foto senyum dengan menggunakan warna yang mengidentikan parpol pengusung serta copywriting yang…ya begitulah.
Sebagai warga Kota Surabaya sekaligus alumnus sekolah desain, rasanya saya malu jika calon pemimpin kota saya tercinta ini kurang memiliki kreativitas dalam ”menjual diri” mereka. Kalau mempromosikan dirinya saja tidak bisa kreatif, lantas apakah mereka punya cara kreatif untuk membangun kota ini?
Jujur saja, saya eneg lihat beberapa atribut pilwali yang ada saat ini. Sebab, saat pileg (pemilihan legislatif) dan pilpres lalu, kita juga disuguhi desain atribut yang tak jauh berbeda.
Memang tidak semua atribut pilwali yang ada saat ini tidak kreatif. Ada juga yang mencoba tampil beda. Tidak melulu pajang foto diri dan copywriting-nya juga lain dari kebanyakan atribut kampanye. Kata orang marketing, be different itu penting untuk menarik perhatian calon konsumen (kalau dalam pilwali, mungkin calon konstituen).
Ya…sebagai warga Surabaya, saya berharap seluruh pasangan cawali-cawawali yang ada saat ini bisa mematuhi aturan. Kalau memang belum waktunya kampanye, ya sudah kerahkan seluruh tim sukses untuk mencopot kembali atribut kampanye panjenengan. Apalagi, sebagian pasangan cawali-cawawali yang ada saat ini kan juga sudah ”mejeng” lama di beberapa papan iklan di Surabaya. Setidaknya, cara seperti itu, selain membantu kinerja panwas, satpol, dan bakesbanglinmas, akan menimbulkan simpati masyarakat.
Kalau memang sudah datang waktu kampanye, ya seyogianya lah beri warna pada pilwali kali ini. Masing-masing tampil kreatif pada atribut kampanye sampeyan. Tampilah yang berbeda…
Selain itu, serukan kepada tim sukses sampeyan agar tidak memasang atribut sembarang, di tempat yang tak semestinya. Sebab, itu juga akan merusak image Anda. Kalau perlu, buat atribut kampanye yang bisa menjadi ambient media yang bisa menghibur masyarakat. Dengan demikian, kota ini pun bisa tetap indah sebagai Surabaya Berbaliho, eh Surabaya Berbunga. (saya@https://gunawan.id/)
http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=129332