LANGKAH saya sempat terhenti ketika melihat salah satu stan pameran di acara Marketing Week, di salah satu mal di bilangan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Kaki ini sejenak terhenti karena respon sesaat dari pandangan mata saya.
Saat itu saya melihat salah satu booth tengah memajang electric coffee maker. Di sampingnya ada beraneka kemasan kopi. Ada kemasan berisi bubuk (ground) kopi dan ada juga yang masih dalam bentuk whole bean (biji).
Sejak setahun terakhir, saya memang punya hobi baru, mengoleksi biji kopi dari berbagai belahan daerah dan negara. Selain untuk diincipi, biji-biji itu juga saya sisakan sebagai koleksi.
Alasan itulah yang membuat saya mampir ke booth yang ada di depan mata saya. Saya terkejut. Ternyata kemasan kopi di hadapan itu saya berasal dari Jawa Timur. Sebagai arek Suroboyo yang tinggal di Jakarta, tentu saya merasa ada proximity saat mendapati kondisi seperti itu.
Setelah saya amati ternyata kopi yang dipajang tersebut berasal dari kelompok tani di Pasuruan. Nama kelompoknya Manunggaling Karso. Ada banyak merek kopi hasil kelompok tani Manunggaling Karso. Dari jenisnya, ada dua yakni Arabika dan Robusta.
Yang menggelitik, meskipun mereknya banyak, logo kemasan kopi itu seragam. Yakni menggunakan gambar Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf, adik Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Menariknya, logo gambar bupati itu dibuat kreatif. Tak memajang foto kaku seperti dalam spanduk-spanduk yang bertebaran di kotanya.
Gambar Irsyad dalam logo itu dibuat kartun dua dimensi. Dia didandani ala kapiten. Sepintas mengingatkan saya pada sosok The Flying Ducthman yang ada dalam serial anak-anak Spongebob. Itu loh, kapten kapal yang selalu muncul di awal film dan menyapa dengan kalimat, ’’Are you ready kids?”.
Sungguh, saya meringis ketika melihat “Kapiten Irsyad” muncul sebagai logo dalam kemasan-kemasan kopi itu. Sebagai orang yang punya latar belakang desain, rasanya tak berlebihan menyebut logo itu keren!
Penasaran dengan kopi di hadapan saya itu, saya pun memutuskan membeli. Saya pilih arabika Joss Kopi yang masih bentuk whole bean dengan kemasan 300 gram. Harganya cukup murah untuk ukuran kopi Arabika. Jika biasanya saya beli arabica specialty kemasan 100 – 200 gram dengan harga di atas Rp 100 ribu, Joss Kopi dari lereng Gunung Bromo itu hanya dijual Rp 70 ribu.
Saya belum tahu, apakah Joss Kopi itu sudah masuk kategori specialty atau belum. Untuk diketahui, kopi yang masuk kategori specialty biasanya memiliki skor di atas 80. Nah, dalam kemasan Joss Kopi itu saya tak menemukan keterangan skoring. Si penjualnya juga sepertinya kurang paham terhadap ini. Dia tak tahu ketika saya tanya soal ini.
Sesampai di rumah, kopi ini coba saya seduh dengan metode manual (manual brewing). Hingga saat ini saya sudah coba menyeduh kopi ini menggunakan beberapa peralatan manual brewing. Mulai filter, aeropress hingga french press.
Saya bukan ahli dalam mencicip kopi, jadi mungkin penilaian saya agak subyektif. Bagi lidah saya, Joss Kopi punya karakter low acidity and more fruitiness. Saya sih cocok dengan karakter kopi ini.
Setiap nyeruput Joss Kopi ini saya selalu terbayangkan betapa luar biasanya jika kopi-kopi dari tanah Jawa Timur dibranding dengan cara kreatif. Mungkin seperti yang dilakukan Bupati Irsyad dan kelompok tani Manunggaling Karso. Sebab sejatinya, dataran tinggi Jawa Timur punya banyak single origin berkualitas. Baik arabika-nya maupun robusta-nya.
Kita tentu tahu banyak daerah di Jawa Timur yang selama ini menjadi penghasil kopi. Malang, Lumajang, Bondowoso hingga Banyuwangi. Sayangnya, sejauh ini kopi-kopi dari Jawa Timur belum banyak bicara di kanca specialty coffee. Padahal secara kualitas pasti tidak kalah.
Saya sendiri pernah bertemu dan berbincang dengan salah satu owner Anomali Coffee. Mereka yang coffee addict pasti mengenal coffee shop itu. Salah satu kedai kopi pioneer yang mengkampanyekan kopi-kopi terbaik dari tanah air.
Owner Anomali Coffee itu bercerita pada saya bagaimana dia pernah blusukan mencari biji kopi terbaik. Ketemulah kopi di sebuah desa di Bondowoso. Biji kopi dari daerah itu sebenarnya berkualitas, tapi oleh petaninya tak dikelola secara profesional.
Si petani pun selama ini juga ala kadarnya menjual biji kopinya. Bahkan, sang anak petani ini pun tak tertarik mewarisi bisnis kebun kopi bapaknya.
Si owner Anomali Coffee ini pelan-pelan mengedukasi pengelolaan kopi yang baik. Sembari dia menunjukan juga bagaimana menggiurkannya berbisnis kebun kopi saat ini. Saat dimana sudah mulai banyak orang yang aware terhadap kopi. Kondisi dimana minum kopi spesial sudah menjadi gaya hidup.
Dari cerita si owner ini, belakangan si petani kopi ini mulai berubah. Dia makin profesional mengelola kebun kopinya. Dari tanam, petik hingga proses sampai menjadi green bean. Bahkan, si anak petani ini pun akhirnya kini ikut tertarik menggeluti bisnis kebun kopi bersama bapaknya.
Di dunia perkopian tanah air, Kopi Jatim memang masih kalah pamor. Ambil contoh saja dari 20 besar sample kopi yang diikutkan dalam pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA) 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 14-17 April lalu.
Saat itu, single origin Kopi Jatim tak mendominasi. Kopi yang saat itu dibawa untuk kontes di SCAA ialah Gunung Puntang, Mekar Wangi, Manggarai, Malabar Honey, Atulintang, Toraja Sapan, Bluemoon Organic, Gayo Organic, Java Cibeber, Kopi Catur Washed, West Java Pasundan Honey, Pantan Raya, Arabica Specialty Gayo, Arabica Toraja, Golawa, Redelong, Andungsari, Ende, Kopi Catur Hinay, Temanggung.
Dan, tahukah anda siapa pemenang kopi terbaik dalam even SCAA itu? Ternyata kopi terbaik di ajang internasional itu diraih Kopi Gunung Puntang. Kopi itu berasal dari lereng Gunung Puntang di Kabupaten Bandung. Kopi yang awalnya hanya sebagai pagar kebun sayuran di lahan perhutani.
Kopi itu bisa meraih sukses karena tangan dingin seorang sarjana Pendidikan Luar Sekolah (PSL) IKIP Bandung sekaligus pecinta alam bernama Ayi Suteja. Dari awalnya hanya pagar tanaman hingga menjadi kopi berkualitas, Ayi hanya butuh waktu sekitar lima tahun mengelolanya. Jadi sebenarnya yang dibutuhkan hanyalah keseriusan.
Kopi-kopi dari tanah Jawa Timur selama ini gaungnya juga kurang terdengar di sejumlah coffee shop. Yang banyak dijumpai di kedai specialty coffee kebanyakan kopi-kopi dari Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Bali, NTT, NTB, Sulawesi dan Papua.
Saya yakin jika dikelola dan dibranding dengan baik seperti Ayi Sutedja mengelola kopi Gunung Puntang-nya, kopi-kopi dari tanah Jawa Timur pasti bisa lebih baik. Lebih menggema kualitasnya di dunia perkopian nusantara maupun mancanegara.
Jika kopi-kopi dari tanah Jawa Timur menggeliat, bukan hanya sisi bisnis perkebunan saja yang akan terasa dampaknya. Tapi juga hal itu bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak pariwisata daerah setempat.
Misalnya saja, upaya menyemarakan Kopi Jatim itu diikuti dengan membuat acara rutin semacam festival kopi. Kalau tidak salah di Banyuwangi hal ini sudah dilakukan.
Jangan salah, saat ini banyak penyelenggara tour unik yang menawarkan tracking atau paket wisata ke kebun kopi. Manajemen film Filosofi Kopi salah satu yang dulu memulainya. Apalagi Jawa Timur punya budaya kopi yang kental. Ingat, nyethe atau melukis ampas kopi pada sebatang rokok hanya ada di Jawa Timur. Cara minum kopi nyeleneh juga ada di Jawa Timur, apalagi kalau bukan kopi walik (membalik bibir cangkir ke dasar tatakan).
Tentu, mewujudkan Jawa Timur sebagai daerahnya kopi tak cukup hanya mengandalkan peran bupati dan walikota. Butuh dukungan Gubernur Jawa Timur yang visioner, kreatif dan pasti yang suka ngopi. Sebab dalam secangkir kopi ada sejuta solusi.
halo bang…salam kenal.
kami perkenalkan SPECIALTY COFFEE TEMANGGUNG. ARABICA . juara 2 World Of Coffee Dublin untuk yang NATURAL, dan Juara 8 untuk FULLWASH.
kami sekarang ada process baru, dan sudah cupping test di CASWELLS dengan score 91.4
kami branding dengan VINSCOFFEE untuk memperkenalkan lebih luas bagi penikmat kopi nusantara dan internasional.
kalau mau order roasted bean, bisa kontak 081914051414
Untuk kemasan 200 gram berapa ya gan?
Dari lereng selatan Gunung Kawi muncul Kopi Merah Jambuwer yang menjadi juara 3 Festival kopi Nusantara tahun 2016 kategori cita rasa…