Gardu Dahlan, blog pribadi Dahlan Iskan yang disiapkan sebagai “corong”untuk menjelaskan kasus Gardu Induk PLN baru terdapat satu artikel (hingga tulisan ini saya buat). Meskipun baru satu artikel berjudul “Soal Corong”, namun tulisan itu telah dibaca 47695 orang. Wow !
Setahu saya juga tak ada optimasi khusus untuk blog itu. Namun di google GarduDahlan.com nangkring di pejwan (page one) untuk keyword “Gardu Dahlan” dan “Dahlan Iskan”. Situs itu mengalahkan sejumlah portal berita.
Mungkin yang ahli SEO bisa membantu menjelaskan mengapa bisa begitu ? Kalau yang saya (sedikit) tahu, mungkin salah satunya karena faktor nama domain itu sendiri. Selebihnya saya tidak tahu, maklum masih newbie belajar SEO.
Oke, diluar optimasi SEO, saya ingin membagikan sedikit cerita Dibalik Gardu Dahlan.
Sebenarnya siapa sih yang menulis Gardu Dahlan ?
Percaya atau tidak, Abah-sapaan Dahlan Iskan- tak menghire orang atau meminta wartawan di medianya untuk menulis di blognya. Saya awalnya hanya mendengar cerita bahwa blog itu ditulis sendiri oleh Abah. Namun akhirnya saya berkesempatan melihat sendiri mantan Menteri BUMN itu menulis untuk Gardu Dahlan. Kebetulan, Abah tengah menyiapkan tulisan keduanya di Gardu Dahlan.
Melihat seorang Dahlan Iskan menulis sendiri blognya saya seolah tak percaya.
Anda mungkin bisa saja bilang, ”Ya biasa saja toh. Kan dia jurnalis senior. Sejak muda terbiasa menulis”.
Iya benar juga. Tapi bagi saya rasanya tak banyak orang yang mampu seperti dia. Apalagi kini usianya mendekati 64 tahun.
Sebagai pembanding, saya pernah bertemu seorang anggota DPR. Usianya jauh lebih muda dari Dahlan Iskan. Anggota DPR ini kerap menulis opini di media massa. Backgroundnya dulu juga pers mahasiswa. Tulisannya bagus dan lumayan produktif untuk ukuran anggota DPR lainnya.
Ketika bertemu dengan anggota DPR ini, saya tanyakan rasa penasaran saya. ”Kok masih punya waktu menulis. Kapan biasanya meluangkan waktunya ?” Dia menjawab, tulisan itu sebenarnya dibuat stafnya. Namun ide dan alur tulisannya memang dari dia. ”Ya saya diwawancara dia, kemudian dituliskan artikelnya. Setelah selesai saya cek dan koreksi,” jawabnya.
Mendengar hal tersebut saya tetap mengapresiasi si anggota DPR itu. Apalagi jika membandingkannya dengan sesama anggota DPR yang hanya bisa ”jualan komentar” ke wartawan. Tapi, ketika apa yang dilakukan anggota DPR itu saya bandingkan dengan Dahlan Iskan, rasanya tak berlebihan kalau saya lebih mengapresiasi Abah. Sekedar diketahui saja, jauh sebelum Abah menulis di blog Gardu Dahlan, dia juga rutin menulis kolom di Jawa Pos. Terbitnya tiap senin. Aktifitas itu dilakoninya saat masih menjabat Dirut PLN maupun Menteri BUMN. Konon tulisan-tulisan di Jawa Pos itu ditulisnya dalam berbagai keadaan. Termasuk saat di mobil, dalam sebuah perjalanan.
Nah, kembali ke tulisan Abah di Gardu Dahlan. Yang membuat saya heran, ditengah psikologisnya sebagai seorang tersangka, ternyata Dahlan Iskan mampu merangkai kata tanpa terbawa emosi. Padahal saya -yang hanya sebatas memiliki hubungan anak buah saja- tak mampu membendung emosi ketika menulis. Apalagi saat pertama kali menulis berita penetapan Dahlan Iskan sebagai tersangka.
Coba deh baca sekali lagi tulisan Abah di Gardu Dahlan. Apakah anda merasa tulisannya begitu emosional ? Begitu meledak-ledak seperti pidatonya seorang pemilik media yang itu ? Kalau saya merasa kok tidak ya.
Rasanya tulisan-tulisan Dahlan Iskan di Gardu Dahlan memang layak kita nantikan. Setidaknya untuk wawasan kita melihat kasus Gardu Induk PLN dari dua sisi. Sisi Dahlan dan sisi Kejaksaan Tinggi DKI.
Kita juga perlu nantikan apakah tulisan-tulisan selanjutnya terlihat emosional.Kalau sesuai janjinya sih seperti ini, ”Saya tidak akan menggunakan gardudahlan untuk menyerang, memaki, memfitnah dan memojokkan siapa pun. Saya hanya akan menggunakannya untuk menjelaskan duduk persoalan. Tentu subyektif, hanya dari sudut saya”.
Setahu saya tulisan kedua Abah, yang akan dipublish (entah kapan) di Gardu Dahlan juga tak emosional. Dalam tulisan kedua itu Abah mulai menjelaskan teknis proyek Gardu Induk PLN yang bertujuan mengatasi kelangkaan listrik di Indonesia. Mari kita nanti bersama…
#KeepFightAbah
Keep fight pak DI…
just believe in God…
God can do all things !
Tetap bersemangat !
Masih ada Tuhan…
Jia you
Terima kasih Bu Yuni sdh mampir ke blog saya. Sebenarnya banyak hal yg ingin saya tulis ttg kasus2 yg dikaitkan dgn Abah. Satu kasus yg benar2 sdh saya lihat sendiri di lokasi yakni Cetak Sawah. Ini benar-benar Abah didzolimi. Bagaimana tidak, di sana tak ada yg bisa dikatakan fiktif. Masyarakat setempat sangat terbantu dgn program cetak sawah itu. Memang skrg tdk berjalan lancar. Tp itu bukan krn korupsi, tapi karena memang tdk ada dananya lg. Lagi pula kenapa juga Menteri BUMN yg skrg hanya diam dan membiarkan program Abah yang luar biasa itu tersendat krn dana
Semoga Abah diberikan kekuatan utk menghadapi semua ini, Amin