Ada Banteng Di Kandang Buaya – Lagi

Ada Banteng Di Kandang Buaya – Lagi

Pembaca blog ini tentu heran, kok ada ya sekelompok banteng di kandang buaya ? Nah ini dia uniknya. Bahkan mungkin penakluk buaya macam Alm. Steve Irwin pun tidak pernah melihat kondisi semacam ini. Pemandangan tersebut hanya ada di liga sepak bola Indonesia loh, dijamin tidak bakal ada di Kebun Binatang dan Taman Safari manapun.

***

Mendengar mundurnya Wakil Walikota Arif Affandi dari kursi ketua umum (ketum) Persebaya, membuat kekhawatiran saya akan kondisi tim kebanggaan Surabaya itu makin menjadi-jadi. Maklum sempat berhembus kabar perlu ada evaluasi atas kinerja pengurus Persebaya akibat buruknya prestasi Green Force di musim kompetisi 2007 (finish di urutan 14 dan tidak berhasil masuk Superliga).

Sebelumnya juga awak Bonek Cyber (yang selama ini aktif saya ikuti) pun menuntut perlu ada seseorang yang mampu membawa Persebaya pada trah yang sebenarnya (sebagai tim besar di tanah air dengan berbagai prestasi). Teman-teman Bonek menganggap figur Arif kurang paham kondisi sepak bola Indonesia, sehingga berujung pada tidak berhasilnya membawa Persebaya mengarungi kompetisi 2007 kemarin.

Berbagai diskusi dan polingpun digulirkan teman-teman melalui dunia maya (milis dan website bonek cyber). Saya pun miris ketika banyak yang menyebut sosok-sosok dari partai banteng untuk masuk kembali ke Persebaya. Memang sih dibawah kepemimpinan para kader banteng, Persebaya pernah meraih prestasi puncak dengan merebut juara Liga Indonesia musim 2004. Namun perlu diingat prestasi tersebut tentu bukan prestasi gratisan yang diberikan untuk warga Surabaya terutama para bonek mania. Di musim itu (tepatnya diakhir 2004 dan awal 2005) jika mau disadari (atau tidak) Persebaya telah dijadikan kendaraan politik untuk mengusung pasangan kader banteng dan mantan pimred untuk maju ke Balai Kota Surabaya (Memenangkan pemilihan walikota dan wawali Surabaya).

Dan jika mau disadari, usai “karepane” (tujuannya) tercapai, Persebaya pun ditinggal para banteng dengan cara elegan, seolah karena skorsing dari PSSI buntut mundurnya Persebaya dalam perhelatan 8 besar di Jakarta, 2005 silam. baca

Sekarang ditengah upaya Arif Affandi mencarikan dana bagi Persebaya diluar APBD (sekarang klub perserikatan dilarang Mendagri mendapatkan dana dari APBD, baca) dengan membentuk Green Force menjadi Perseroan Terbatas (PT), eh malah diganjal dari dalam oleh para pemilik klub yang “merasa” memiliki Persebaya. Akhirnya, Arif pun “mangkel” dan memilih mundur dari Karang Gayam (markas Persebaya).

Awalnya saya sudah mengira bahwa, bantengisasi di tubuh buaya (Buaya sebagai ikon Persebaya) bakal terjadi. Alih-alih tidak mau dan hanya mau jika atas “petunjuk bapak” (bukan bapak presiden tetapi bapak wali kota) membuat Soleman Ismaol Mukopdar (nama samaran) bersedia lagi menjadi memimpin Persebaya musim ini. Langkah bantengisasi kemudian berlanjut dengan menunjuk orang – orang partai banteng untuk duduk di kursi kepengurusan Persebaya.

Sebagai pencinta Persebaya tentunya wajar kan jika saya sangat khawatir Persebaya bakal dijadikan komoditi politik lagi ? Apalagi kekhawatiran saya itu bukan tanpa alasan, mengingat pertengahan tahun ini bakal ada yang namanya Pilgub Jawa Timur. Dimana seorang “Cowboy” (mengembala banteng) ikut maju mencalonkan diri untuk menghuni gedung Grahadi (kantor Gubernur Jatim). Belum lagi satu tahun setelahnya Indonesia bakal mengadakan perhelatan akbar berupa pesta demokrasi, yang mana akan ada pemilihan Presiden langsung untuk kali kedua. Dalam pemilu presiden itu menurut kabar “ibunya banteng” atau Cowgirl (istilah saya untuk seorang wanita pengembala banteng) masih berhasrat untuk menjadi Presiden untuk kali kedua.

Kekhawatiran saya kemudian dilengkapi pernyataan langsung yang disampaikan SIM kepada media, bahwa dirinya bersedia memimpin Persebaya jika tanpa diikuti syarat apapun. termasuk diantara syarat untuk tidak menjadikan Persebaya kendaraan politik. baca

Ehm…cukup berasal bukan kekhawatiran saya ? Lah awake peno bonek – bonek liyane yo opo loh rek ? terimo tah Persebaya hanya dijadikan komiditi oleh para elite politik ? Dijadikan kendaraan politik sih menurut saya tidak masalah asal, jangan sampai mereka tinggal glanggang colong playu usai keinginannya tercapai.

Sebenarnya saya sangat respek jika H. Dhimam Abror Djuraid yang ditunjuk para pemilik klub anggota Persebaya, bersedia menjadi pemimpin Green Force. Selain mempunyai wawasan sepak bola yang jauh lebih luas dari calon yang lain, Abror juga berpengalaman dalam sepak bola Indonesia khususnya Jawa Timur. Hal itu dibuktikan dengan berbagai keberhasilannya selama mejadi ketua PSSI Jawa Timur. Belum lagi kapasitasnya sebagai mantan pimred Jawa Pos dan sekarang pimred harian Surya, membuat Abror pastinya memiliki link yang cukup banyak, yang tentunya bisa berpengaruh terhadap perjalanan Green Force mengarungi kompetisi liga Indonesia.