Rencana Bos Dahlan Iskan (DI) membuat blog pribadi untuk menjelaskan perkara yang tengah menjeratnya di Kejari DKI Jakarta, sebenarnya sudah saya dengar akhir pekan lalu. Sejak ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi proyek pembangunan Gardu Induk Jawa – Bali – Nusa Tenggara, Jumat (5/6), Dahlan memang memutuskan untuk tidak melibatkan Jawa Pos.
Pernyataan itu saya dengar sendiri saat akan mewawancarai DI secara khusus di tempat tinggalnya di kawasan SCBD – Jakarta Selatan. Ketika itu, sebenarnya saya sangat bersemangat mengkonfirmasi sejumlah hal. Terutama yang disangkakan Kejari DKI Jakarta, Adi Toegarisman dalam jumpa pers-nya, Jumat sore.
Dalam kemacetan sepanjang perjalanan Rasuna Said – SCBD, belasan pertanyaan sudah siap di kepala saya. Bahkan sesampai di lobby tempat tinggalnya, saya membuat catatan kecil agar tak ada satupun pertanyaan yang tertinggal. Bahkan, saya sengaja beli notes dan ballpoint.
Apa hubungannya notes dan ballpoint ? Ya karena Abah (panggilan DI) kurang senang kalau anak buahnya wawancara dengan smartphone. Alasannya sederhana dan logis. Wawancara dengan smartphone kurang menghargai narasumber. Sebab, intensitas tatapan mata dengan lawan bicara jauh berkurang dibanding wawancara sambil menulis di kertas. Selain itu, katanya menulis dikertas lebih merangsang daya ingat.
Namun ketika bertemu langsung dengannya, apa yang saya persiapkan ternyata tak terpakai. Ternyata, Abah telah menyiapkan rilis untuk media. Dan diluar dugaan, rilis itu pula yang dimintanya untuk ditayangkan di Jawa Pos. Padahal harapan saya, bertemu langsung dengannya bisa bertanya lebih detail dan teknis. Saya tentu ingin tulisan di Jawa Pos yang terbit esok harinya (Sabtu pagi) bisa memberikan gambaran lengkap ke pembaca.
Ternyata Abah tak menginginkan seperti itu. Alasannya, sudah disampaikan di kolom New Hope di Jawa Pos, Senin (8/6). Beliau tidak ingin menjadikan Jawa Pos sebagai corong menghadapi perkaranya. ”Kepentingan pembaca itu utama. Jawa Pos harus menjadi corong bagi siapa saja,” ujarnya pada saya dan sejumlah orang, Jumat malam itu.
Dan akhirnya jadilah kenyataan. Dahlan Iskan, orang yang lupa tanggal lahirnya itu meluncurkan GarduDahlan.com. Personal blog yang khusus digunakan sebagai corong untuk menyampaikan apa saja terkait perkara Gardu Induk. Makannya nama domainnya pun dipilih Gardu Dahlan.
Gardu Dahlan juga berfungsi sebagai juru bicara Dahlan Iskan. Sebab, dia mengijinkan tulisan di blog itu dikutip media massa. Melalui Gardu Dahlan, Abah tampaknya ingin lebih menghargai ruang publik. Abah tak ingin mengotori media publik seperti halnya politisi pemilik media menyuarakan kepentingan pribadi dan kelompoknya selama ini. Gardu Dahlan, Cara Dahlan Iskan Hargai Ruang Publik
Sejak diumumkan peluncuran Gardu Dahlan pada Senin pagi (8/6) di Jawa Pos, ribuan orang telah mengaksesnya. Bahkan saking banyaknya pengakses, situs Gardu Dahlan sempat down. Sepertinya terjadi masalah pada bandwitdh-nya.
Data di alexa maupun google page rank terkait situs Gardu Dahlan memang belum ada (kalau data di blognya sendiri, tulisan perdana Gardu Dalan telah dibaca 33687 kali). Halaman yang terindex di google juga baru lima. Namun coba ketikan di google, ”Gardu Dahlan”. Yap, gardudahlan.com muncul di halaman pertama. Padahal keyword ”Gardu Dahlan” terdapat 886,000 hasil pencarian di google. Bisa jadi peringkat website yang domainnya dibeli pada 7 Juli 2015 itu pengaruh dari tingginya angka kunjungan.
Mulai pagi ini, saya berupaya sedikit berkontribusi untuk selalu update dan meneruskan apa yang dituliskan Abah di Gardu Dahlan. Tujuannya, jika sewaktu-waktu ada masalah dengan GarduDahlan.com, pembaca masih bisa menikmati tulisan-tulisan Abah. Anda yang bersimpati pada DI mungkin bisa melakukan hal serupa. Setidaknya selain membaca tulisannya, kita juga harus membantu Dahlan menjaga gardunya, seperti kita sedang berjaga di sebuah gardu ronda.
Mengapa harus dijaga ? Ya karena media yang digunakan Abah merupakan bagian dari dunia online. Dunia yang sangat mudah direkayasa. Apa sulitnya bagi orang yang jahat untuk menghack blog itu ? Apa iya tidak mungkin nanti ada pihak-pihak yang berupaya nyepam agar situs itu bermasalah. Bisa juga toh nanti ada clonningan dari blog yang isinya malah menyudutkan Abah ? Anda mungkin masih ingat, saat pilpres lalu banyak kloningan domain-domain dari media online terkemuka seperti detik, liputan6, kompas dan lainnya.
Sekian dulu, mungkin selanjutnya saya akan meneruskan tulisan-tulisan Abah di blog saya ini dengan tag atau category “Gardu Dahlan”.
Selamat malam…
0 comments on “Gardu Dahlan, Cara Dahlan Iskan Hargai Ruang Publik”Add yours →