Kompetisi marketing strategi yang diselenggarakan milis Marketing-Club, mengharuskan peserta melalukan upaya re-branding terhadap Metromini dari image yang terbangun sekarang, menjadi lebih baik lagi sebagai angkutan umum andalan warga ibukota Jakarta. Satu syarat yang ditentukan ya itu, tidak ada investasi besar-besaran untuk armadanya. Berikut ide yang Chepy kirimkan.
Karena tidak ada investment besar-besaran untuk me-rejuvenate brand Metromini,maka saya lebih menggunakan pendekatan PR dalam strategi Marketingnya.
Pertama ; Mengadakan edukasi kepada para sopir maupun kenek Metromini, tentang pentingnya safety driving ketika “narik” metromini. Dalam kegiatan ini, saya coba melakukan konsolidasi dengan pihak kepolisian (yang mungkin selama ini juga cukup penat memikirkan ulah sopir metromini).
Nah, untuk memperoleh sisi publikasinya, saya coba menggandeng para wartawan yang biasa ngepost dirubrik Kota atau Kriminal untuk ikut dalam kegiatan safety driving Metromini. Salah satu caranya dengan diadakan lomba foto atas aktifitas metromini dijalanan ibukota (tentu dilaksanakan sebelum digelarnya acara safety driving). Kemudian pada waktu acara juga diselenggarakan sesi test drive (mencoba mengemudi metromini) atau berkeliling Jakarta dengan metromini (oleh wartawan).
Kegiatan ini diselenggarakan tentu tujuan utamanya untuk mencari keunikan kegiatan agar news value-nya tinggi. Disamping itu dengan kegiatan tersebut wartawan juga bisa menggunakan tulisan/beritanya untuk menggambarkan bagaimana kendala yang banyak dihadapi para sopir metromini ketika ada dijalanan macet ibukota. Sehingga terjadi sebuah keseimbangan opini publik, dari masyarakat yang selama ini mengertinya metromini ugal-ugalan, seenaknya dsb, berkembang juga bahwa sebenarnya banyak masalah yang dihadapi para sopir ketika ada dijalanan. Mulai dari macetnya jalan, tuntutan untuk melayani penumpang agar cepat sampai hingga aksi angkutan-angkutan lainnya yang saling serobot.
Kedua ; Dengan adanya publikasi yang dilakukan oleh media, kemudian yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menggaet komunitas pengguna metromini. Namun sebelum membentuk atau menentukan komunitas, harus dilakukan sebuah penelitian terhadap profil pengguna metromini terbanyak sesuai dengan rute metromini.
Salah satunya mungkin bisa menggandeng beberapa sekolah yang dilewati salah satu jalur metromini. Pertama dengan bekerja sama untuk menyediakan pembelian tiket terusan bagi siswa maupun guru yang sehari-harinya menggunakan metromini. Dari situ kemudian bisa juga dibangun sebuah komunitas, misal komunitas metrosiswa (Komunitas siswa SMU pengguna metromini). Dari sini kemudian dapat diadakan sebuah kegiatan yang intinya membangun keterikatan antar sesama pengguna dengan manajemen metromini. Bisa juga melibatkan pengamen jalanan yang biasa ngamen di atas metromini didalam komunitas yang ada. Hal ini perlu karena kadang pengamen lah yang membuat metromini makin tidak nyaman.
Ketiga : Strategi ketiga merupakan strategi yang dilakukan menyangkut perbaikan image metromini pada armada Metromini. Walaupun tidak perlu diadakan peremajaan dan penambahan sesuatu, namun yang terpenting adalah bagaimana mempercantik armada metromini.
Salah satunya mungkin dengan pengecatan ulang (jika memungkinkan perlu dilakukan re-identity terhadap brand metromini melalui warna armada à untuk membangun image baru masyarakat terhadap metromini). Namun yang terpenting harus dilakukan juga ialah bagaimana membuat armada yang indah dilihat dan nyaman, yaitu dengan memperhatikan kebersihannya.
Terakhir : Saya menyebut strategi ini sebagai strategi tetes terakhir. Karena dengan memanfaatkan sisa budget untuk kegiatan marketing metromini, perlu sedikit dilakukan sebuah kegiatan periklanan dalam medium below the line. Misal membuat leaflet, poster, spanduk, selebaran, yang berisi tentang Informasi persuasi, bagaimana nyamannya menggunakan metromini baru.
saya suka ide
edukasi safety driving
dan tiket terusan nya..
andai anda ada di commitee gubernur
kota ini akan jadi lebih baik..