Online Branding Dua Finalis Cagub Jatim

Online Branding Dua Finalis Cagub Jatim

tulisan saya di kolom Opini Metro (Jawa Pos) :

Berebut Citra di Dunia Maya

“Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa sekitar 80 persen calon pemilih dapat mengerti dengan jelas visi dan misi salah satu cagub setelah mengunjungi website-nya.”

———-

Sudah banyak yang menduga bahwa pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur KarSa (Soekarwo-Saifulah Yusuf) dan Ka-Ji (Khofifah-Mudjiono) mampu berbicara banyak di Pilgub Jatim 2008. Dugaan tersebut cukup beralasan, terutama bagi pasangan Karsa. Sebab Karsa (terlebih Soekarwo) telah melakukan aktivitas pengenalan ke publik, jauh sebelum adanya pilgub.

Dimulai dari personal branding Soekarwo sebagai Pak De, yang kemudian dikemas dalam sebuah produk kecap dan kacang garing. Pasangan Karsa juga paling dominan dalam pencitraan melalui media above the line (yang melibatkan banyak massa. Misalnya televisi, radio, hingga ribuan baliho/spanduk). Bahkan, wajah KarSa pernah nongol di sela pertandingan Liga Champions.

Di sisi lain, Ka-Ji ibarat bayi ajaib. Maju dalam pencalonan pilgub paling buncit, namun berhasil melesat mengenalkan diri ke publik. Memang, sebagai mantan menteri dan ketua Muslimat NU, brand dari seorang Khofifah sudah awareness di masyarakat. Sehingga langkah dalam personal branding pun tidak harus terlalu dini dan “wah” seperti Pak De Karwo.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dua finalis ini (yang menurut berbagai survei bakal masuk putaran dua) juga memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam mencitrakan dirinya. Saya menyebut dua pasangan cagub ini (entah figur atau tim suksesnya) paling melek IT (Information Technology) dari pada calon gubernur yang lain. Baik Karsa maupun Ka-Ji, ternyata juga memanfaatkan media online (internet) untuk melakukan pencitraan.

Memang belum ada data yang signifikan tentang efektivitas keberhasilan keduanya (mendulang suara) dari aktivitas online branding yang dilakukan. Namun, beberapa saat sebelum kampanye 23 Juli lalu, saya sempat mengadakan riset sederhana guna mengetahui seberapa efektif pencitraan online yang dilakukan salah satu cagub terhadap kelompok masyarakat pemilih pemula (mahasiswa, usia 19-22 tahun) di lingkungan sekolah komputer di Stikom Surabaya. Hasil dari riset tersebut menunjukkan bahwa sekitar 80 persen calon pemilih dapat mengerti dengan jelas visi dan misi salah satu cagub tersebut setelah mengunjungi website-nya. Sebelumnya, kebanyakan dari mereka tidak menemukan secara jelas tentang profil maupun visi-misi cagub dari media media lain.

Aktivitas merebut citra di dunia maya (online) sebelum dilakukan pasangan Karsa dan Ka-Ji, tercatat sudah dilakukan oleh Dede Yusuf. Namun, sampai saat ini saya juga belum menemukan data seberapa efektif hasil yang diperoleh dari kegiatan itu hingga bisa mengantarkan Dede berkantor di Gedung Sate Bandung (menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat).

Online Branding paling mencolok dilakukan oleh Karsa. Tercatat, delapan link situs dibuat oleh Karsa dan timnya, antara lain 3 website, 2 situs pertemanan (friendster dan facebook), serta 3 webblog (website yang lebih bersifat personal).

Pada salah satu website resminya (http://www.karwo-ipul.com), segala informasi profil, visi-misi, pidato politik, hingga jadwal kampanye bisa didapatkan pengunjung. Menariknya, di website tersebut terdapat menu statistik yang menunjukkan angka kunjungan. Hingga tulisan sini saya buat, website tersebut te;ah dikunjungi sebanyak 1.644 kali.

Di samping statistik angka kunjungan, di situs tersebut juga dipasang sebuah menu shoutbox (semacam menu buku tamu instan). Menu tersebut juga cukup banyak diisi oleh pengunjung web. Meski mungkin diisi para simpatisan dan kader partai pengusung sendiri, tapi sedikit banyak bisa mempengaruhi pencitraan Karwo dan Ipul di mata pengunjung situs. Itu baru satu langkah yang dilakukan Karsa dan timnya di satu situs, padahal masih ada 5 sisanya lagi.

Yang lebih menarik lagi, diam-diam Karwo juga coba meraih citra para pemilih muda (kebanyakan mungkin juga pemula) dengan membuat account di situs pertemanan Friendster dan Facebook. Padahal, lumrahnya di Indonesia, pembuatan account/user di Friendster maupun Facebook dilakukan oleh kaum remaja. Tidak seperti situs Karwo lainnya, di Friendster maupun Facebook tersebut, pengunjung dapat mengetahui informasi mengenai Soekarwo lebih personal. Anda mungkin tidak tahu kalau Soekarwo gemar musik Koesplus atau pun Beatles.

Kalau Karsa memaksimalkan media online dengan membuat beberapa situs, tidak demikian dengan pasangan KA-JI. Khofifah dan timnya tercatat hanya membuat satu situs (http://www.ka-jimanteb.com) dan sebuah account Friendster. Walau tidak banyak memiliki situs, namun sejauh pengamatan saya situs tersebut cukup powerfull, baik secara konten maupun teknis.

Jika pada salah satu situs milik Karsa masih terdapat deadlink (link yang tidak bisa diakses), tidak demikian dengan situs KA-JI. Seluruh menu bisa diakses dengan mudah, meski agak berat untuk ukuran koneksi dial-up (disebabkan banyaknya animasi foto). Praktik customer relationship di situs itu juga cukup baik. Terbukti dengan dijawabnya beberapa pertanyaan pengunjung. Bahkan sebuah pertanyaan yang bernada negatif pun ditanggapi.

Sayang, kedua cagub tersebut kurang memperhatikan beberapa kaidah internet marketing. Salah satunya kaidah SEO (Search Engine Optimization). Situs-situs tersebut agak susah ditemukan di search engine. Dengan mengetik kata kunci karsa, situs resmi malah hanya ada di urutan delapan. Bahkan, situs karsa lainnya tercecer dari top ten searching list.

Terlebih Ka-JI. Dengan mengeti kata KAJI (maupun KA-JI), susah sekali menemukan situs resmi Khofifah-Mudjiono. Kebanyakan link Friendster para cagub lebih mudah ditemukan dari pada link situs resminya.

Jika benar (sesuai hasil KPU Jatim) KA-JI dan KarSa masuk putaran dua, maka sayang jika branding melalui media internet tidak dimaksimalkan. Terlebih untuk menjaring calon pemilih pemula (yang potensi golputnya rendah karena masih kemaruk nyoblos). Di media-media online itulah calon pemilih pemula yang masih berkategori remaja mudah ditemukan. Dengan memaksimalkan TIK, aktivitas pencitraan online niscaya akan lebih efektif. (*)

1 comment on “Online Branding Dua Finalis Cagub JatimAdd yours →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *