Percaya atau tidak, walaupun jauh dari hingar bingar ibukota (yang penuh dengan sensasi kehidupan para artis) ternyata masyarakat atau warga Jatim tidak termasuk dalam kategori “Gila” artis. Mau bukti ? Coba simak aja bursa pencalonan Gubernur Jatim 2008 – 2013, yang saat ini sudah mulai panas-panasnya.
Mana ada calon Gubernur (Cagub) Jatim yang berasal dari golongan artis ? Atau mana ada calon yang menggandeng artis sebagai pasangannya (baca : Wakil Gubernur) untuk mendulang suara masyarakat Jatim di Pilgub 2008 ? Coba bandingkan jika anda mencermati proses demokrasi dalam Pilkada yang berlangsung di daerah lain.
Pernah ingatkan di Pilkada Banten ada nama Marissa Haque, yang kemudian kalah bersaing dengan Ratu Atut Chosiyah dalam merebutkan kursi Gubernur. Yang lagi hot malahan “Si Doel Tukang Insinyur” (Rano Karno) yang berhasil merebut simpati masyarakat Tangerang, dengan memenangkan kursi Wakil Bupati.
Belum lagi saat ini artis yang juga jagoan beladiri, Dede Yusuf lagi seru-serunya “bertarung” untuk merebutkan kursi Wakil Gubernur(Cawagub) Jawa Barat. Artis bernama lengkap Yusuf Macan Effendy itu maju dalam pilgub Jabar, setelah digandeng calon gubernur dari PKS, H Ahmad Heryawan.
Nah bagaimana dengan “politik artis” Jatim ? Pernah juga beredar kabar jika Adjie Massaid (artis yang juga politikus partai Demokrat) berniat menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur. Menurut beberapa media, kala itu Adjie ingin menjadi pasangan Gus Ipul (Saefullah Yusuf) untuk maju menjadi Gubernur – Wakil Gubernur Jatim. Tapi sampai saat ini pun, berita itu sekedar wacana.
Entah karena alasan apa, sampai detik ini tidak ada Cagub dan Cawagub Jatim yang berlatar belakang artis. Bahkan hingga kini pun Cagub dari PDIP, Pak Tjip (Ir.Sucipto) dan cagub dari PKB, Ahmady masih betah “sendiri, tak ada yang menemani…”(belum memilih pasangan cawagub). Padahal jika mau, Pak Tjip maupun Ahmady kan bisa menggandeng Ajie atau artis yang ngebet jadi “pejabat daerah” lainnya.
Para Cagub Jatim yang telah memiliki “brand” besar seperti Pak De Karwo (Dr. Sukarwo) dan Pak Naryo (Soenarjo) ternyata lebih memilih mencari “gandengan” yang berlatar belakang “Pondokan” atau lazim dikenal dengan Santri, dari pada para artis. Liat saja pasangan Pak Naryo yaitu KH. Ali Maschan Moesa. Padahal sebelumnya Ali Maschan benar – benar “emoh” (tidak bersedia) dicalon jadi Gubernur ataupun Wakil. Lain lagi dengan Cagub Sukarwo, pria yang berhasil membangun brand “Pak De” tersebut memutuskan untuk berpasangan dengan Gus Ipul (Saefullah Yusuf) dalam Pilgub Jatim.
Tampaknya kharisma “pondokan” dan kyai dinilai para Cagub lebih mampu menarik suara masyarakat Jatim ketimbang kharisma dugem (dunia gemerlap) ala artis. Bahkan tampak sekali “para santri” tersebut menjadi bahan rebutan para Cawagub.
Hal tersebut pastinya cukup berasalan. Karena Jatim memang bisa dikatakan basis dari ormas Islam, Nadhatul Ulama (NU). Guyonan seorang teman mengatakan bahwa mulai dari Ujung Banyuwangi hingga Pasuruan (termasuk juga Pulau Madura dari ujung hingga ujung) merupakan daerah yang bisa disebut “NU Banget”. Jadi bisa dibilang fanatisme mereka terhadap apa-apa yang berhubungan dengan NU sangat besar. Bisa dibayangkan, jika pasangan Cagub – Cawagub memperoleh suara di seluruh daerah –daerah diatas tadi, sambil sisanya mungkin tinggal berharap suara dari golongan moderat di kota – kota lain. Pasti menang bukan ? Nah itulah kenapa para artis tidak sebegitu laku jika “naik panggung politik” Jawa Timur.
So, walaupun orang Jakarta dan orang daerah Barat sering kali menyebut orang Jawa Timur sebagai orang udik, tapi setidaknya kita disini (Jatim) bukan termasuk golongan yang “gila” artis. Kita lebih percaya para santri akan mampu menjalankan roda demokrasi (walaupun pastinya tidak semua).
0 comments on “Masyarakat Jatim Lebih Idolakan Santri Ketimbang Artis”Add yours →