Puncak dari Konferensi Daerah (Konferda) Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Jatim berakhir, Sabtu (23/8) lalu. Pada puncak acara atau penutupan Konferda diselenggarakan sebuah acara bertajuk AdFiesta 2008. Bertempat di Poolside Hotel Novotel Surabaya, PPGI menghadirkan Budiman Hakim (Executive Creative Director – biro iklan MAC909) untuk memberikan seminar bertajuk, “bedah iklan”.
Dalam presentasinya Budiman ingin menyampaikan bahwa Surabaya sebagai kota terbesar kedua, jangan mau ketinggalan dalam hal kreatifitas iklan-iklannya. Pria penggemar bir yang akrab disapa Om. Bud tersebut berkali-kali menyindir agar biro iklan Surabaya jangan hanya “bermain” dalam media luar ruang atau Outdoor.
Om Bud mengajak biro iklan dan media yang ada di Surabaya untuk bersinergi agar membuat iklan di Surabaya lebih bergeliat, terlebih untuk iklan-iklan di media above the line seperti televisi.
Menurut Budiman, biro iklan dan empat televisi lokal yang ada di Surabaya harus bisa melakukan upaya untuk menarik klien agar bersedia iklan di medium televisi. “Kalau kejayaan Kompas saja di daerah-daerah bisa terkalahkan oleh koran-koran lokal seperti Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat dan Jawa Pos, mengapa televisi lokalnya tidak mampu melawan kedikdayaan televisi nasional.” jelas Budiman.
Budiman lantas mencontohkan bagaimana geliat iklan yang ada di Jogja, yang menurutnya mampu menandingi Jakarta. “Disana media dan biro iklannya saling bersinergi, contohnya dengan adanya festival iklan tahunan Pinasthika. Kalau di Surabaya mungkin ada Jawa Pos AdFest, nah itu perlu ditingkatkan.” ujar creator iklan Kit Kat, Djarum Black dan Kondom Fiesta ini.
Selain mengajak biro iklan Surabaya untuk membuat TVC, Budiman juga berbagi tips bagaimana membuat sebuah iklan yang baik. Menurut bapak dua anak ini, iklan yang baik tidak hanya dinilai A, tapi SUPER “A“. SUPER “A” yang dimaksud pria asal Padang ini adalah Simple, Unexpected, Persuasive, Entertaining, Relevant, dan Acceptable. Berikut rangkuman SUPER “A” yang dijelaskan Budiman yang dirangkum dalam buku karyanya, Lanturan Tapi Relevan.
Simple adalah iklan yang sederhana secara elemen, tampilan dan outputnya, namun bukan berarti sederhana dalam pemikirannya. Dalam konteks brand baru simple dapat diartikan sederhana, sebagai sesuatu yang dapat dimengerti dengan sekali lihat. Namun untuk brand yang sudah mapan, simple berarti tidak banyak elemen dan komunikatif. Yang dimaksudkan komunikatif adalah mempunyai kekuatan untuk mengajak konsumennya berkomunikasi, sehingga konsumen dapat menemukan makna di balik makna yang terdapat di permukaannya. Untuk iklan yang simple perlu menggunakan elemen sedikit mungkin namun mampu berbicara semaksimal mungkin. Hindari penggunaan elemen terlalu banyak.
Unexpected, Iklan yang smart akan menjadi outstanding.Untuk itu diperlukan ide yang unik dan orisinil. Ide yang tidak disangka-sangka akan jauh lebih diingat oleh konsumen, ditengah rimba iklan yang setiap hari muncul di kehidupan konsumen.
Persuasive, iklan harus mempunyai daya pengaruh yang kuat untuk menyihir orang melakukan sesuatu. Daya pengaruh yang kuat harus mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri pada brand kita dan tertarik untuk mencobanya. Jangan terjebak untuk menjadi kreatif dengan membuat hal yang unik tapi tidak relevan dengan brandnya. Sehingga yang terjadi iklan diingat namun brand tidak diingat. Bagaimana mempengaruhi untuk membeli kalau brandnya saja tidak diingat.
Entertaining, Untuk ada dibenak konsumen, iklan yang dibuat harus mampu menghibur konsumen, sehingga iklan yang menghibur mampu melintas dibenak konsumen yang diserbuan banyaknya iklan standar yang begitus saja terlewatkan. Entertaining tidak berarti lucu, dalam skala yang lebih luas diartikan mampu mempermainkan emosi konsumennya. Seperti tertawa, menyanyi, menari, menangis, terharu dan sebagainya. Dengan catatan permainan emosi tersebut harus mengangkat simpat brand yang diiklankan.
Relevant, Ide yang muncul untuk iklan bagaimanapun harus dikembalikan pada relevansi. Harus mampu dipertanggung-jawabkan, harus rasional, dan harus ada korelasi dengan brand, baik brand positioning, atau brand personality.
“Acceptable”, Iklan yang bagus adalah iklan yang mampu diterima masyarakat. Terutama tidak bersinggungan dengan nilai-nilai masyarakat yang menjadi konsumen kita. Ada berapa iklan yang telah kita buat memiliki nilai SUPER “A” ?
Usai seminar yang dibawakan Budiman, acara kemudian diakhir dengan pelantikan Ketua dan pengurus Pengda PPPI Jatim yang periode ini diketuai oleh Mufid Wahyudi.
0 comments on “Budiman Hakim : Iklan Yang Baik Nilainya Harus Super A”Add yours →